1. Perbedaan pandangan
golongan tua dan golongan
muda
Ada perbedaan
pandangan yang sangat mendasar antara sikap golongan tua dan golongan muda
tentang saat yang paling tepat untuk pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Baik golongan tua maupun golongan muda, sesungguhnya sama-sama menginginkan
secepatnya dilakukan proklamasi kemerdekaan dalam suasana kekosongan kekuasaan
dari tangan pemerintah Jepang. Hanya saja, mengenai cara melaksanakan
proklamasi itu terdapat perbedaan pendapat. Golongan tua, sesuai dengan
perhitungan politiknya, berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa
pertumpahan darah, jika tetap bekerjasama dengan Jepang. Karena
itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan, diperlukan suatu revolusi yang
terorganisir. Soekarno dan Hatta, dua tokoh golongan tua, bermaksud
membicarakan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan dalam rapat Panitia Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dengan cara
itu, pelaksanaan proklamasi kemerdekaan tidak menyimpang dari ketentuan
pemerintah Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda.
Mereka menganggap bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang. Sebaliknya, golongan muda
menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan itu dengan kekuatan sendiri.
Lepas sama sekali dari campur tangan pemerintah Jepang. Bagi kalangan muda,
kemerdekaan adalah hak bagi seluruh bangsa termasuk bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, proklamasi kemerdekaan harus sama sekali lepas dari pengaruh
penjajah Jepang dan siapapun. Lebih-lebih jika kemerdekaan itu dijanjikan oleh
bangsa yang menjajah Indonesia, yang berarti bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia
merupakan sebuah pemberian atau hadiah, dan bukannya perjuangan.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Perbedaan
pendapat antara golongan tua dengan golongan muda mengakibatkan
penekanan-penekanan golongan pemuda kepada golongan tua yang mendorong mereka
melakukan “aksi penculikan” terhadap diri Soekarno Hatta. Pukul 04.00 dini
hari, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta oleh sekelompok pemuda dibawa
ke Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Aksi "penculikan" itu
sangat mengecewakan Bung Karno. Bung Karno marah dan kecewa, terutama karena
para pemuda tidak mau mendengarkan pertimbangannya yang sehat. Mereka
menganggap perbuatannya itu sebagai tindakan patriotik. Namun, melihat keadaan
dan situasi yang panas, Bung Karno tidak mempunyai pilihan lain, kecuali
mengikuti kehendak para pemuda untuk dibawa ke tempat yang mereka tentukan.
Setelah ada
jaminan bahwa Ir. Soekarno dan Moh. Hatta bersedia memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada esok harinya tanggal 17 Agustus 1945, mereka segera kembali ke
Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1945
malam.
gak lengkap
ReplyDeletegak lengkap
ReplyDelete